CERPEN
RINDU
TERHALANG PANDEMI
Lima tahun yang lalu Mirah menikah dengan seorang kuli bangunan
bernama Paejo. Mereka saling mencintai hidup bersama walau hidup sederhana.
Mereka tinggal berdua dirumah terbuat dari kayu yang bertembok papan kayu dan berubin. Hari – hari dilaluinya dengan bahagia ,
mereka berdua selalu bersama dalam suka duka.
Setiap hari Mirah
membuat Dawet dijual kepasar mengantikan
pekerjaan orangtuanya yang sudah meninggal dan Paejo suaminya bekerja sebagai
kuli bangunan dan srabutan ( apa saja
dia kerjakan). Sore ini mirah
duduk termenung sendiri dia tidak mengetahui
Paejo sudah pulang sehabis bekerja.
“Kok Nglamun sayang “ kata Paejo dengan
penuh kasih sayang. Segera Mirah terbangun dari lamunanya. “Oo sudah puulaaang
“ jawab Mirah dengan raut wajah yang
sedih. Lalu mirah menuju dapur untuk menyiapkan makanan. Paejo membersihkan diri kemudian mereka makan
berdua dengan lauk tempe , tahu ,pindang sayur asem, dan sambal kesukaan Paejo.
“
Mantul “ mantap betul kata paejo dengan mulut menahan rasa pedasnya
sambal dengan sedikit keringat didahinya. Mirah tersenyum sambil beres beres piring . Paejo melihat diember
tempat dawet yang biasanya penuh terisi dawet namun kali ini ember itu kosong,
tetapi dia diam saja karena melihat wajah Mirah yang tidak ceria seperti
biasanya terlihat murung.
kipas Mirah |
Setelah makan mereka duduk dibangku kayu tangan Mirah mengambil kipas yang tergeletak diatas bangku
lalu kipas-kipas.“Mengapa kau
kelihatan sedih” tanya Paejo sambil
menoleh Mirah yang duduk disampingnya. “ nggak biasa aja” ,jawab Mirah
menyembunyikan perasaannya. “ Kenapa hari ini tak buat dawet apa kamu sakit?”
Paejo balik bertanya dengan mengelus rambut istrinya yang ia sayangi. ”Males
aja , besuk aku nggak jualan “sahut Mirah.
” Ayoo cerita aja emangnya kenapa “ desak Paejo yang penasaran.
Diam sesaaat dengan menghela nafasnya hendak mengungkapkan kegunadahan yang ada
didalam hatinya.
“Sebenarnya aku ini
bingung mengapa kita belum dikaruniai anak padahal teman seusia pernikahan
kita sudah punya anak dan sudah
bersekolah, kata orang aku mandul”. Jawabnya dengan mata yang berkaca-kaca sepertinya dan tak bisa membendungnya, air mata itu menetes dipipinya. “Ooh itu jadi itu yang kau
pikirkan, kita juga sudah berusaha memang belum waktunya dikasih momongan oleh Alloh, sabaar aja, nggak usah didengarkan
kata orang ”kata Paejo menghibur istrinya.
“ Tapi kamu nggak akan
meninggalkan aku kan jika aku tak punya anak?”. Paejo tersenyum dengan
pertanyaan Mirah. “ya Alloh, ya nggaklah sayangku aku sangat mencintaimu”.
“Benaar??” Sahut Mirah. “Iya jangan kuawatir” , kita akan selalu bersama sama
apapun yang terjadi , mau ada anak , nggak ada anak nggak masalah buatku, kamu juga harus sabar.
Paejo tahu kalau Mirah
memang benar benar ingin kehadiran
seorang anak dalam hidupnya. Sebenarnya Paejopun demikian namun ia tak berani
mengungkapkan akan kerinduannya untuk menjadi seorang ayah karena ia yakin
bahwa semua akan didapatnya jika Alloh sudah menghendakinya. Setelah mendengar
penjelasan dan nasehat sang suami Mirah
merasa tenang, raut wajahnya tak
terlihat sedih lagi.
Keesokkan
harinya mulailah mereka melakukan aktivitas seperti biasa paejo berangkat kerja
tidak bersama dengan Mirah. Karena Mirah
sedang tidak berjualan dipasar. Kebetulan pekerjaan Paejo tidak jauh dari
rumah. “Nanti buat dawet nggak?” buatlah
, nanti langgananku pada pindah kalo libur lagi”jawab mirah dengan senang hati.
Baginya itu ladang untuk mencari makan
karenanya Ia tak ingin berlama lam larut dalam kesedihan. Paejo lega
hatinya tandanya sang isitri sudah tidak
sedih lagi tentang apa yang dikatakan orang kepadanya lalu ia berangkat
bekerja.
“Assalamu’alaikum”,
seorang ibu muda mengetuk rumah Mirah.
Saat itu Mirah berada dibelakang sedang mencuci baju. Diketuk pintu rumah mirah
“ Tok – tok – tok “Assalamu’alaikum “ dari jauh suara Mirah terdengar “waaalaikumsalam,
oooh mbak iyem?”, ada apa mbak pagi – pagi sudah kesini mbak?
“Mir saya mau pesen dawetnya buat nanti
sore habis magrib bisa?
“
ooh bisa mbak kebetulan, saya sedang
buat”jawab Mira. Mbak Iyem adalah tetangga Mirah yang rumahnya berada digang
sebelah rumah selisih 3 rumah.
” Dawet cincau , jangelan , apa dawet
beras,mbk yem?” tanya Mirah ramah. “Dawet cincau aja mbak? “, “berapa gelas?” .
“dua puluh lima gelas Mir”. Jawab mbka Iyem.
Berapa uangnya saya kasih sekalian?” Iyem menanyakan harga sambil merogoh saku
mengeluarkan uangnya.
“ Per gelas enam riburupiah mbk, jadi dua lima gelas kali enam ribu
totalnya seratus lima puluh ribu mbak”.
Rasa dawet Mirah sudah terkenal enak
sehinga banyak orang yang suka walau
harganya agak sedikit mahal namun
rasanya ditanggung mantap.
Dengan juruh atau kuah santan dan
gula asli, menambah rasa segar yang khas.
Kemudian Iyem pulang
dan Mirah segera menyelesaikan mencuci baju , mengepel mandi
setelah bersih semua segera dia
menyiapkan bahan bahan untuk membuat dawet sesuai pesanan. Dawet cincau terbuat
dari daun cincau yang sudah ada dibelakang rumah dia memetik daun cincau itu, “eeeeeeeeeeeeiiiit”
teriaknya saat melihat ulat kecil berwarna hijau yang menempel didaun cincau.
Dihempaskan daun itu sampai ulatnya jatuh.
Sudah dirasa cukup lalu ia mencuci bersih. Kemudian meremas remas daun cincau
dengan diberi sedikit demi sedikit air.
Setelah itu dia saring supaya hasilnya halus dan didiamkan sampai cintau
mengental.
Dalam proses membuat dawet Mirah menggunakan dengan
cara konvensional dan serba alami. Itulah makanya dawet buatannya selalu laris manis. Menjadi
andalan bagi penikmat dawet.
Matahari sudah menandakan waktunya pukul lima sore reng reeeng sepeda motor paejo didepan rumah.
“Assalamu’allaikum”, wa’alaikum salam sahut Mirah , “Mas baru pulang?” tanya
Mirah,” Iya Dek, tadi ada pak pengawas proyek , pak pengawas meminta pada pak
mandor untuk segera diselesaikan, jadi harus lembur ” . “Oo begitu” sambil mngeryitkan dahinya. “Ya sudah , sana
mandi dulu” kata Mirah.
Paejo masuk kedalam
rumah melewati dapur ia melihat ada banyak gelas dawet cincau
yang sudah siap diatas meja. Sambil
berjalan “ Tumben jam segini dawetnya
kok sudah siapa ada yang pesan yaa?” tanyanya.
“Iya mas tadi mbak iyem
pesan 25 gelas habis magrib mau diambil katanya” jawab Mirah yang berjalan
dibelakang suaminya.
Mirah kemudian
menyiapkan sajian untuk makan
suaminya meja makan.
Adzan magrib berkumandang mereka solat
selesai langsung makan.
Dua puluh
lima menit kemudian ada yang
mengetuk pintu ,
“assalamu’alaikum “ salam tamu yang
datang. “ Waallaikum salam Mirah membuka pint. , “Mir mau ambil dawetnya” . “iya
mbk iyem , masuk dulu sudah siap kok”
jawab Mirah . Ini saya jadikan dua kresek, kalau yang satu ini buat anakmu ya”.
Mirah memberikan dawetnya. “Oke
trimaksih Mir”. Iyem pulang dengan membawa
dawet pesanannya. Mirah Isirahat tiduran dikursi dia menonton TV beberapa menit kemudian telepon
berdering.
“Kriiing kriiing kriiing bunyi telepon gengam Paejo yang tergeletak
dimeja berdering, lalu ia berikan pada suaminya yang sedang duduk diteras
rumah, “mas ada yang telfon” segera ia terima “ Halo Waalaikumsalam “,jawab
Paejo , iya pak banar saya Paejo? Paejo menjawab orang yang menelponnya.
Agak lama dia
berbincang bincang ditelopon,entah siapa yang menelponnya Paejo, Mirahpun tak
tau. Karena terlihat serius sekali. Iya pak ,iyaa saya mau , terima kasih waalaikumsalam jawabannya dan menutup
teleponnya dengan mata berbinar binar dan senyum – senyum yang mengandung
kebahagiaan, Mirah penasaran.
” Ada apa sih senyum-
senyum sendiri? “sambil merangkul Mirah dan berkata “
tenang – tenang “ . “apa sih?” sahut Mirah semakin penasaran. Dengan
bahagianya Paejo bercerita , bahwa orang
yang menelponnya itu adalah pak pengawas bangunan beliau minta saya jadi mandor pada proyek
pembangunan gedung perkantoran yang ada dikota. “Alhamdulillah “jawab Mirah
dengan semangat. “Mulai kapan mas?”’ ya besok”.
“Ooh ya besuk bawakan bekal yaa? Pinta paejo.
Oke, jangan kawatir akan aku buatkan a masakan kesukaanmu sayur lodeh terong
sama dadar telur dan tempe yaa”.”Siiip “ sambil menyubit mesra pipi istrinya. Paejo memang pekerja keras orangnya disiplin ,
jujur dan bertangung jawab atas semua pekerjaannya. Selalu tepat waktu tidak
pernah mengeluh dalam bekerja berapapun bayaran yang diberikan selalu
disukurinya. “
Malam
sudah berlalu azan subuh berkumandang, mereka sholat subuh lalu , lalu berkemas
kemas. Karena hari ini adalah hari
pertama Paejo jadi mandor proyek bangunan dikota yang jaraknya
40 kilo dari rumahnya Mirah sudah
menyiapkan bekal untuk Paejo.
Mirah sudah siap dengan
dawetnnya yang hendak dia jual. Mirah dan paejo berboncengan bersama sedangkan
barag dagangannya seperti biasa sudah
dijemput oleh bentor langganannya ( Becak motor ),Pak man,namanya. “
berangkatnya sekarang lebih pagi mbk Mir?” tanya Pak Man tukang Bentor. “ iya
pak, soalnya mas paejo sekarang kerjanya agak jauh, sekalian berangkat
bersama”. “ ooo,yaa,yaa, lagian lebih pagi enak langganan juga sudah antri mbk.
Jawab pak Man sambil menenteng ember dawet cincau dan jangelan ( gudir ).
Sampailah
dipasar , Mirah turun, “Berangkat dulu dik”, “ya mas hati-hati” jawab Mirah.
Mirah langsung saja kekiosnya menata barang dagangannya, betul para langganan
sudah datang menunggu terutama penjual sayur yang biasa kulakaan dawetnya.
dengan cekatan mirah meracik dawetnya , santan dan gula.
“Waduuh,
udah lama yaa nunggunya” Sapa Mira, “Nggak Mir barusan,ini saya bungkus 20 ,
saya tinggal belanja yang lain dulu yaa” kata pelangannya , “ooh iya , iya” Jawab Mirah. Hari ini pasar sangat ramai jam
10 Dagangan Mirah sudah habis habis.
Lalu Dia segera pulang , naik bentor Pak man
dengan membawa kelapa dan bahan-bahan yang lain untuk besok. “ Ayoo Pak
Man ” Mirah meminta pak Man untuk mengantarnya pulang.
Sampai
dirumah dia istirahat sepertinya kecapaian direbahkan badannya di kursi
panjang. Badannya agak sedikit letih tertidur dan akhirnya. toong , toong sebanyak 12 kali nunyi jam
dinding kuno yang ada dirumahnya, tersentak kaget lalu bangun dan menoleh jam .
“ waaah sudah pukul 12 siang “ gumam dalam hatinya. Segera dia menuju kamar
mandi dan sholat. Kemudian membuat dawet seperti biasanya. Tak tersa waktu
sudah sore semua tugas Mirah sudah
selesai.
Duduk santai menunggu
Paejo pulang dengan memutar lagu dangdut kesukaannya. Tren teng teng bunyi sepeda motor Paejo masuk halaman
rumahnya. Mendengar itu Mirah langsung berdiri dan dari depan pintu dia sudah
menyambut suami dengan senyuman manisnya.
“ Gimana mas”, “Apanya “ sahut Paejo.
“Kerjaannya” tandasnya. “Ya lebih
enaklah”, jawab paejo sambil berjalan masuk rumah.
“Tadi pulang jam berapa dari pasar” tanya
paejo. “ dawetku laris manis mas, pagi jam 10
sudah pulang”.” Alhamdulillah”
kata Paejo sambil menyeruput kopi pahit yang terletak dimeja makannya.
Setelah itu paejo
segera mandi. Karena sudah lapar paejo minta diambilkan sepiring nasi, Mirah
pun segera menyiapkan makan dengan lahap paejo menghabiskan makanan yang sudah
dihidangkan istrinya.” Enaak benar nih ikan mujahirnya”. Mirah senyum dengan
pujian suaminya.
Dua
bulan sudah paejo menjadi mandor pryek bangunan, semua dijalani dengan
rasa syukur. Suatu ketika ada temannya datang kerumah namanya Karyo. Karyo
adalah sahabatnya SMP yang ingin ikut bekerja pada Paejo. Karena Karyo sudah
lama mengganggur Paejopun dengan senag
hati mengajakknya, kebetulan ada lowongan.
Mereka mengobrol dengan santai , “Ni kopinya, silahkan diminum ” Mirah
menaruh kopi dan tempe goreng camilan
yang paejo suka.
Mereka mengobrol sampai malam karena
lama tak saling berjumpa. “ Jo , sudah malam saya pulang dulu , besuk jadi
kan?” . “ Ya jelas dong, pagi ya,yo.
Paejo berkata sambil mengusap mulutnya menghabis tempe goreng yang tinggal satu. “Oke, beres”
Karyo langsung tancap gas.
Burung
berkicau udara terasa dingin semilirnya angin pagi yang menyegarkan jiwa.
Kebiasaan yang dilalukan setiap hari sudah siap, Paejo dan Mirah berangkat.
Saat Mirah menuangkan santan dalam palstik
, tiba tiba mata Mirah berkunang kunang santan yang ia tuangkan dalam plastik itu tumpah. wajah Mirah pucat.
“Pak, Paaak ,paaak Man” tolong suara lirih nyaris tak terdengar. Dia
memanggil pak Man tetapi pak Man tidak mendengarnya.
“ Kropyang, praaang, praaang
barang-barang dagangan Mirah tumpah
tersenggol olehnya. Mendengar suara itu pak man kaget lalu menoleh kearah sura
itu, “ Mir , Miraah, pak man yang saat itu duduk dibecaknya tersentak
dan langsung loncat dari becaknya. Mirah
jatuh tubuhnya lemas.
Beruntung pak Man badanya besar dan kuat dia angkat langsung dan membawa Mirah ke
puskesmas yang tidak jauh dari pasar.
Setelah itu pak Man mencoba menelpon
Paejo, lama tak ada jawaban ,mungkin saja paejo sedang sibuk hingga tak tahu ada
panggilan di hand phonenya. Berulang ulang ditelpon ulang namun tidak ada
respon. Pak Man panik lalu menulis pesan pada paejo supaya nanti langsung
terbaca.
Dan saking paniknya sampai-sampai tidak
mengetahui saat Pak Mantri
menghampirinya , plak ditepuk bahu kanannya, pak man terperanjak kaget ”auuuwawauu”
latahnya. “
“Oooh,ooh,oooh pak Mantriii”, yaa
jantung plas plas pak” kata pak Man sambil mengelus dada.
“Bagaimana pak mbak Mirah?”,tanya pak
man. “Baru siuman tetapi masih lemah, biar istirahat dulu”. Pak man melirik
dibalik pintu ia melihat ditangan Mirah ad Infus , mirah terlihat pucat
sekali. Ia menunggu duduk dibangku depan
kamar pasien .
Matahari sudah mulai tenggelam ,langit
mulai menampakan warna jingganya, Pak
man kembali membuka Hand phone bermaksud untuk menelpon Paejo. Namun Kriiiiing
, riiiiing nada dering panggilan mendahuluhinya. Rupanya Paejo sedang
memanggilnya buru-buru ia membuka dengan gugup berkata “ et joo, et jooo”?
mulutnya gak bisa berkata kata , Ada apa dengan
Mirah Pak Man?”, “Dimana Dia Sekarang?” tanya Paejo. “ sekarang
dipuskesmas Jo” jawab Pak Man, suu sudah siuman?”. Telephone ditutup langsung saja paejo bergegas menstarter speda
motornya , pulang menuju puskesmas tempat Mirah dirawat.
Sesampai di Puskesmas Paejo mencuci tangannya dan langsung disambut oleh Pak Man ditunjukkan
kamar pasien tempat Mirah. Paejo terkejut melihat ditangan mirah aada infus,
dalam benaknya kenapa istrinya ,sakit apa sampai diinfus. Melihat kedatangan Paejo Mirah yang masih lunglai tubuhnya
berusaha bangun. “Sudah tiduran saja” kata Paejo Mirah yang masih lemas
menuruti kata-kata Paejo. Tak lama kemudian seorang perawat masuk kamar
memberikan obat dan vitamin resep dokter. Lalu paejo mendekati perawat itu.
Suster Istri saya sakit apa? Tanyanya. “Kelehahan pak “ jawab suter. Sambil membukakan obat untuk
Mirah. Dan mirah langsung meminumnya. Kata dokter Mirah terlalu capek harus banyak istirahat.
Keesokan hari Mirah sudah sehat tak
seperti kemarin. Dia terlihat segar dan menurut pemeriksaan dokter mirah sudah
boleh pulang siang ini. Paejo gembira sekali. Dia hari ini Ijin tidak masuk
kerja demi menemani istrinya. Satu minggu Mirah tidak berjualan dawet ia
beristirahat di rumah , Paejo bekerja seperti biasa.
Namun pagi ini
kesabaran paejo diuji lagi. ketika hendak berangkat tiba –tiba Mirna muntah – muntah, dan badannya
sedikit panas dia bilang mulutnya asam
rasanya. Paejopun tidak jadi bekerja dia menelpon sahabatnya Karyo untuk mampir
kerumahnya membawa peralatan proyek yang
baru dia belikan untuk para tukang. Setelah itu dia ijin pada pengawasnya. Kemudian
bergegas membawa Mirah periksa ke Dokter Umum yang tidak jauh dari rumahnya.
Dengan erat Mirah memegang pinggang Paejo. Sampai diklinik, langsung dia masuk .
Kebetulan sepi rupanya dia pasien pertama.
Dokter memeriksanya dengan teliti ,diperiksa dengan teliti olehsang
dokter, semua normal tak ada gejala aneh. Dengan tersenyum dokter hendak menjelaskan gambar yang ada dimonitor. Sambil mengucapkan
selamat kepada Paejo dan Mirah. Paejo heran ,”Dokter aneh orang sakit kok malah
dikasih ucapan selamat” bisik Paejo pada istrinya. Mirah hanya tersenyum tegang.
Tak sabar menunggu
penjelasan ,” Dok Kenapa istri sayaaa?” Tanyanya sedikit gregetan. Gemas pada
dokter yang senyum yang tidak segera
menjawabnya.
“
Selamat pak Istri bapak Hamil sudah 4
minggu” kata dokter sambil tersenyum pada mereka. Mereka berdua bengong saling
berpandangan ,”sungguh, sungguh,dok?” sahut paejo, Dokter mengangguk kan kepala
tanda dari jawabannya. Paejo berdiri spontan langsung memeluk istrinya ,
sebentar lagi aku jadi bapak , “aahh . Alhamdulillah , Alhamdulillah Ya Alloh” sujud sukur berkali kali dan Alhamdulillah ia ucapkan. Girang sekali , kebahagia
terpancar dari sorot matanya . “Berhasil, berhasil , berhasil” seru Paejo.
Dokter tersenyum melihat tingkah lucu Pejo yang sedang mengungkapkan rasa
bahagianya. Dengan mata berkaca kaca Mirah berkata “ ini seperti mimpi dok” katanya.
Mirah masih tertegun tak mampu meluapkan kebahagiaanya. Tak seperti sang
suaminya yang sangat heboh tingkahnya. Mirah tak pernah melihat Paejo sebahagia
ini. Mirah, mirah sayangkuu, akan akan jadi ayah, trimakasih sayang sambil menciumi pipi istrinya semacam gemas
kepadanya.
“Terimakasih dok”
berkali kali Paejo ucapkan. Lalu mereka
pamit pulang dengan semangat berjalan
menuju pintu keluar dengan mengandeng tangan Mirah.
Dalam perjalanan paejo menghentikan
sepedanya “,Bentar tunggu dulu “ katanya. “Iya “ Mirah menunggu dipinggir
sepeda motornya. Paejo masuk ke pasar dan tak lama ditangannya menenteng sebuah
tas berisi buah buahan. Paejo membelikan buah untuk Mirah karena tadi Mirah
sempat bilang kalau mulutnya asaam. Melihat paejo menenteng tas berisi buah Dia
tersenyum. Dia mengakui kalau paejo adalah sosok suami yang romanatis dan
sangat menyanyanginya. Terbukti tanpa meminta paejo sudah membelikan apa yang
diinginkan Mirah.
Waktu berjalan dengan
cepat , kini usia kandungan Mirah sudah Tujuh bulan, biasanya kalau tinggal didesa ada tardisi tujuh
bulanan. Yaitu tradisi Tingkepan ( istilah bahasa jawa) acara
selamatan bagi orang hamil pertama.
Tradisi ini juga berlaku didesa mereka. Pagi ini Paejo membeli degan (
buah kelapa muda ) , untuk persiapan acara ini. Mirah dibantu oleh tetangganya
membuat rujak dengan bahan, buah
buahan misal delima, jeruk Bali, nanas,
belimbing , sabut kelapa muda, semua
bahan diiris kecil-kecil lalu ditambah dengan bumbu gula jawa. Sebagian orang
bilang kalau segar rasanya anaknya perempauan kalau Cemplang ( kurang sedap )
anaknya laki-laki. Mitosnya begitu. Bahagianya Paejo dengan persiapan
kelahiran.membeli peralatan bayi , pakaian dan perlengkapannya. Mendekati
kelahiran istri suami harus siaga setiap saat.
Awal bulan January 2020
adalah
prediksi kelahiran Mirah . Dia rutin periksa kandungan seperti anjuran dokter.
Usia kandungan Mirah sudah tua sehingga
saat ini Mirah sudah tidak berjualan dawet karena kondisi perutnya sudah besar.
Mereka fokus pada kelahiran sang buah hati yang sudah dinantinya selama
bertahun tahun.
Hujan rintik rintik terdengar dari dalam
rumah. Malam ini Mirah tak bisa tidur, dia bolak balik ke kamar mandi. Berjalan
sambil mengelus perutnya masuk lagi ke toilet. Mungkin saja dia mau melahirkan
sekarang sudah tanggal 2 January mundur
satu hari dari prediksi kelahirannya. Ada basah basah dasternya terasa hangat.
“Ohh inikah air ketuban”,dalam hatinya
bertanya. Lalu dia membangunkan Paejo yang sedang tertidur lelap , “Maas, maas,
perutku sakit “. Paejo terbangun , “sakiit”? mungkin mau melahirkan “ Ayoo Kita
ke Puskesmas sekarang”. Mirah berkemas dengan membawa tas.
Sampai disana disambut oleh bidan yang
jaga. Segera diminta untuk masuk dikamar bersalin karena sudah terlihat tanda
tanda akan melahirkan. Paejo menunggu diruang tunggu, mondar mandir dengan perasaan yang tak karuan . Lalu duduk sesekali
mulutnya komat kamit mengucapan doa untuk
istrinya semoga persalinannya lancar sehat bayi dan ibunya,jelas saja itu yang
ada dalam hatinya.
Dua jam kemudian
terdengar suara tangisan bayi , “oe,oee,oe”.
“Kriiit “Seorang bidan keluar dari balik pintu kamar bersalin. “Suami
ibu Mirah?” , tanya bu bidan. “Betul bu”
jawab paejo. “selamat pak putra bapak laki –laki” . Bahagia sekali mendengarnya“ paejo masuk
digendong bayinya kemudian dia azdanni bayinya.
Karena persalinan normal dan Mirah serta
bayinya sehat. Mereka pulang hati ini pukul 9 tepat pagi. Mirah pulang dengan mengendong bayinya
naik becak pak Man. Hari ini mereka
mengadakan tasyakuran atas kelahiran si jabang bayi. Juga memberi nama pada
anaknya. Paejo membawa selembar kertas dan menyodorkannya kepada istrinya. “
Tegar Sholeh?” Iya ,saya kasih nama
Tegar Sholeh , Boleh nggak? Tanya Paejo. Mira mengangguk. Tegar Sholeh adalah nama sederhana dan pendek
yang diberikan olehnya. Dengan maksud supaya anaknya menjadi anak yang sholeh
dan selalu sabar kuat dan bersahaja. Hari- hari mereka bertambah kesibukan, Paejo
sekarang pangun pagi- pagi membantu istrinya. Memasakkan air untuk mandi Tegar.
Jika sore pulang kerja, setelah bersih badanya ,ia mengendok anaknya sembil
berkata “ nang ning nung , nang ,ning nung” menimang-nimang bayinya. Kehadiran
seorang bayi membuat kehidupan ramai
dirumah mereka.
Seperti biasa aktivitas Paejo, hari ini
dia beragkat ke proyek lebih pagi dari hari biasanya. Karena harus
mempersiapkan untuk acara pengesahan proyek yang sudah selesai dikerjakan. Pengawasnya
pun sudah sampai ditempat proyek lima belas menit setelah Paejo sampai.
Acara penyerahan proyek yang dihadiri
oleh pihak Dinas Pekerjaan Umum sudah
selesai. Pak Pengawas memanggil , “pak
Jo dudduk sini” kelihatannya ada hal serius yang hendak disampaikan oleh
atasannya tersebut. “ Iya pak, ada apa? “ kata Paejo dan
duduklah Dia dibangku depan bapak pengawas. “ begini pak Jo berhubung
proyek ini selesai minggu depan kita akan mengerjakan proyek perumahan baru ”. “Dimana Pak? “ tanya paejo. Di Kalimatan
selatan Jo “ jawab pak pengawas. Paejo
mengeryitkan dahinya , seperti orang kebingungan. “Mau nggak kesana?”, agak lama
proyek itu harus selsai dalam waktu 6 bulan,nanti bisa pulang satu bulan sekali?”kata pak pengawas. Paejo
terdiam tak sepatah kata keluar dari mulutnya. Memang saat ini adalah saat yang
indah bersama anak semata wayangnya yang baru berumur 1 bulan. Agak berat untuk memutuskannya. “ nanti saya
kabari pak setelah sampai dirumah , maaf saya belum bisa menjawab pertanyaan
Bapak” kata Paejo. “ oke , saya paham
Pak Jo” , baiklah sudah sore kita pulang, dipikir-pikir dulu besuk saja
kasih jawabanya”.Kata pak pengawas sambil bersalaman dan menepuk bahu Paejo
memberi semangat.
Sampai
dirumah Paejo menceritakan semua kepada istrinya. Dengan berbagai pertimbangan
Mirah memberi ijin lalu . Paejo pagi harinya memberitahukan kepada pengawasnya
, kalau dia akan berangkat. Semua tiket
pesawat sudah disiapkan. Paejo tinggal
berangkat bersama denga kuli bangunan. Hari – hari paejo terasa sunyi , jauh dari
anak dan istrinya , dia Cuma bisa video call dengan hand phone barunya. Kesunyian sangat
terasa saat sendirian setelah bekerja. Biasanya dia menimang Tegar anaknya.
Hanya foto bisa berangan angan saja. memandangi foto diponselnya. Matanya susah
terpejam melintas bayang-bayang sang
anak dan Mirah yang ia rindukan. Setelah satu bulan paejo hendak pulang kerumah
. dia berkemas kemas sebelum berangkat
kebandara dia makan dan memutar televisi ada berita bahwa di negara – negara
banyak penduduk yang terinfeksi penyakit baru yang menjadi Pandemi. Corona
virus 19 atau Covid -19, Baru saja Bapak
Presiden mengumumkan jikalau 2 warga Indonesia dikota Jakarta terinfeksi penyakit tersebut. Paejo masih tak
mengerti apakah penyakit covid itu.
Setiap sore dia memutar chanel televisi mengikuti siaran tentang
penyakit yang menjadi pandemi. Gumamnya waaah
semakin hari semakin kok semakin bertambah. Minggu depan Paejo berencana
pulang untuk menenggok anak istrinya. Satu bulan tak bertemu dengan orang yang
dicintainya sunguh menyiksa hatinya.Setelah hari yang dinanti sudah tiba . Paejo bergegas pergi ke bandara karena takut terlambat pesawat.
Mirah
sudah menetahui kalau Paejo akan sampai dirumah. Dia membuatkan masakan kesukan suaminya yang sudah lama tak pernah dihidangkan semjenak suaminya
bekerja di Kalimantan. Tak lam kemudian ada suara “ assalamu’alaikum sayang,
aku datang” seru Paejo dari teras. Mirah membukakan pintu, mereka berpelukan
meluapkan rasa kangenya. “ tegar mana” menanyakan anaknya sambil membawa mainan Icik-icik untuk bayi.
“Tuh lagi tidur jawab Mirah. Satu
minggu kemudian dia akan berangkat
menuju Kalimantan tempat bekerja. Karena pandemi sudah menjadi bencana non
alam dengan status darurat kesehatan seluruh warga dihimbau untuk dirumah saja. Senang dan sedih bergelayut dalam
perasaannya. Senang karena bisa berkumpul bersama dengan keluarga. Tidak senang
karena dia harus menganggur dirumah. Apalagi Mirah yang belum mulai berjualan. Paejo
mengikuti himbauan pemenrintah dua minggu dia tidak bekerja. Keuangannya mulai
menipis.
Mulai berpikir
bagaimana cara menadapatkan penghasilan. Akhirnya dia punya ide untuk berjualan
dawet menawarkan secara online. dan terbukti banyak yang pesan apalagi saat
ini bulan Puasa. Sambil mengendong si
mungil menuju ke belakang menemui Mirah
yang sedang mencuci baju anaknya. “ Dik
besuk kita buat dawet lagi ya” katanya. “ loh memang mau dijual kema a maas”
jawab Mirah.” Saya jual online dik, ini baru saja saya dapat orderannya”,jawabnya.
Semenjak itu selama pandemi mereka
berjualan online dan laris.
Akhirnya paejo tidak perlu bekerja diluar lagi . Dia bisa bekerja dengan
menunggui tegar. Putra yang sudah bertahun tahun diharapkanya. Pada saat ini
banyak kota yang sudah menerapkan PSBB, seperti kota Surabaya Raya
mulai tanggal 28 bulan April 2020
selama 14 hari. Banyak yang tidak bisa pulang selama PSBB berlangsung . Dan
Paejo pun bersyukur sekali dia sudah bisa bertemu dengan keluarganya dirumah
dimasa pembatasan sosisla bersekala besar. Ada hikmah dibalik wabah,dimasa yang
sulit. Mereka mengikuti semua anjuran pemerintah menjaga kebersihan dan pola hidup sehat. Dengan selalu cuci
tangan dengan sabun , memakai masker saat belanja barang dagangannya. Ya alloh
,semoga wabah yang melanda ini segera hilang dari bumi ini dan kami bisa hidup
normal kembali , Aamiin. Harapan Paejo.
Komentar
Posting Komentar